Setiap mahasiswa, pasti setelah lulus menginginkan bekerja sesuai jurusannya dan mendapatkan cita-citanya dari jauh-jauh hari sebelum menjadi mahasiswa. Tetapi bukan berarti perjuangan dan perjalanan yang panjang melelahkan menjadi mahasiswa itu selesai dan bukan berarti langsung mendapatkan apa yang kita cita-citakan. Terkadang kebayakan orang yang menyandang gelar sarjana terutama sarjana baru akan merasa gengsi jika bekerja yang tidak sesuai kualitasnya, banyak dari mereka lebih memurungkan diri dikamar dan bermimpi yang indah tentang masa depan, hmm alhasil apa yang mereka cita-cita tak semanis mengembalikan telapak tangan. Semuanya perlu perjuangan, semua perlu dan tak perlu gengsi dalam mengawali segala usaha dari nol (dari bawah).
Sepert saya misalnya seorang sarjana pendidikan baru lulus sekitar lima bulanan, semua cita-cita tidak sebanding dengan yang kita kehendaki, momen ketika wisuda adalah klimak kebahagiaan kita, mulai dari memilih baju, sepatu dan tas yang cantik seperti persiapan pernikahan. Kebahagiaan tersebut hanya bertahan sekurang-kurangnya satu minggu dari hari dimana saya memakai toga dengan rapi dan cantik, ketika di hadiri keluarga (Bapak, Ibu, Kakak dan Adik), handai taulan dan teman-teman yang lain. Betapa tak terukur bahagianya aku dan keluargaku berbahagia. Setelah itu hanya ada pikiran galau dan pusing yang menyertai saya dan teman-teman saya yang wisuda bersamaan.
Waktu pun terus beranjak, aku yakin saya ditunggu banyak perusahaan maupun sekolah untuk saya bekerja. Tetapi hal tersebut tak mudah, galau ya iya memang kata anak-anak jaman sekarang mengartikan lagi gak enak hati dibilang galau. Lamaran demi lamaran juga meluncur, saya tidak berdiam diri, atau kita harus mulainya dari nol jadi tak masalah kita tetep bekerja walau bukan dari kualitas dan besik nya sarjana, tetapi kita melakukannya, semua asal dilakukan iklas dan bahagia akan membawa berkah tersendiri buat keluarga dan semua.
Hal yang lain tidak terduga, saya mendapatkan jodoh ditangah perjalan saya yang belum matang, kehidupan berubah menjadi ibu rumah tangga yang bertanggung jawab dalam segala hal urusan menjadi ibu. Tapi semuanya serba sulit dan tidak semudah yang kita bayangkan, semua ujian ada di mana saja bukan saja ketika kita menjadi mahasiswa dengan perjalanan yang super di sibukan untuk memperdalam ilmu. Menjadi ibu rumah tangga adalah hal yang sulit dan sangat memerlukan ilmu. Jadi memang tidak harus di sepelakan menjadi ibu rumah tangga, tugas mereka sangat mulia dan berat. Tidak masalah jika seorang perempuan bersekolah setinggi-tinggi nya, jika nanti dia jadi ibu rumah tangga tentu akan hebat dan melahirkan anak-anak yang pintar dan hebat.
Perjalan menjadi ibu rumah tangga terkadang juga memang harus dari nol, tidak tahu apa-apa menjadi tahu apa-apa. tapi yang pasti ketika menikah tunjukan kepada calon suami anda : Bila anda ingin menikah hanya karena ada yang bisa mijit, lebih baik menikahlah dengan tukang pijit. Bila anda ingin menikah hanya kerena ada yang bisa nyuci'in baju, lebih baik menikahlah dengan tukang cuci. Bila anda ingin menikah hanya karena ada yang bisa masakin, lebih baik menikahlah dengan tukang masak. Bila anda ingin menikah hanya karena ada yang mengatur keuangan, lebih baik menikahlah dengan tukang kredit.Bila anda ingin menikah hanya karena ada yang bisa merawat dan membersihkan rumah, lebih baik menikahlah dengan tukang sapu. Namun bila anda ingin menikah hanya karena ingin mencari ridho Tuhan, menjaga kehormatan dan membangun peradaban maka menikahlah dengan wanita yang pintar secara agama dan intelektual.
Bulan berganti bulan, saya sebagai seorang wanita yang tidak mengetahui urusan rumah perlahan nurani berkata, saya bisa melakukannya dengan keiklasan, berjuang berbulan-bulan, memasak makanan selalu terjadi kesalahan ketika ngrebus telor masih mentah di buka muncrat, menggoreng tempe sampai gosong, dan merebus air sampai airnya habis. Semua membuat tak patah semangat dan akhirnya saya kaget sendiri masakan yang saya masak berubah rasa menjadi enak dan gurih, suami saya memuji-muji saya terus kalau saya sadah pintar masak, perjuangan belum selesai kawan.. menjadi ibu rumah tangga yang bijak, baik dan pintar memerlukan proses panjang, jadi seberapapun tinggi pendidikan seseorang wanita itu lah yang akan menentukan seberapa hebat keluarga itu jika nantinya benar-benar dikelola oleh sang ibu rumah tangga yang pintar.
SO Tetap Optimis menjadi perempuan dan JANGAN PERNAH MENGELUH ATAS APAPUN YANG TERJADI PADA KALIAN SAAT INI...
Bulan berganti bulan, saya sebagai seorang wanita yang tidak mengetahui urusan rumah perlahan nurani berkata, saya bisa melakukannya dengan keiklasan, berjuang berbulan-bulan, memasak makanan selalu terjadi kesalahan ketika ngrebus telor masih mentah di buka muncrat, menggoreng tempe sampai gosong, dan merebus air sampai airnya habis. Semua membuat tak patah semangat dan akhirnya saya kaget sendiri masakan yang saya masak berubah rasa menjadi enak dan gurih, suami saya memuji-muji saya terus kalau saya sadah pintar masak, perjuangan belum selesai kawan.. menjadi ibu rumah tangga yang bijak, baik dan pintar memerlukan proses panjang, jadi seberapapun tinggi pendidikan seseorang wanita itu lah yang akan menentukan seberapa hebat keluarga itu jika nantinya benar-benar dikelola oleh sang ibu rumah tangga yang pintar.
SO Tetap Optimis menjadi perempuan dan JANGAN PERNAH MENGELUH ATAS APAPUN YANG TERJADI PADA KALIAN SAAT INI...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar